kehidupan satu tahun setelah pernikahan Aira dan Haresha
CW//pragnancy , 18+(sedikit)
Aira merasa kebahagiaannya sekarang, saat ini sudah sangat lengkap. Tak ada yg diinginkannya lagi.
Begitu bangun matanya langsung bertemu dengan sosok laki-laki yg menjadi pelengkap hidupnya sekarang.
Haresha, masih tertidur dengan lelapnya. Aira tersenyum,lalu mendekat ke arah sang suami.
“Res... Sayang bangun, udah pagi” ucapnya membangunkan laki-laki di sebelahnya itu, dengan suara pelan, dan mengelus lembut rambut haresha.
Tapi bukannya bangun haresha malah menarik Aira, untuk kembali tertidur di sampingnya, memeluk tubuh mungil gadis itu.
“Sebentar, di sini dulu” ucap laki-laki itu dengan nada suara baru bangunnya, matanya bahkan belum ia buka.
Aira hanya diam dalam pelukan haresha dan membalas pelukan hangat sang suami. Sampai tidak sadar waktu terus berjalan
“Res... Matahari makin naik lohh”
“Emm” haresha hanya bergumam tidak jelas, merasa enggan untuk bangun dari posisi mereka saat ini
“Apa aku libur saja hari ini?” Ucap hares menatap Aira
“Mas gimana sii? Masa pemimpin perusahaannya gak masuk kantor, terus yg jalanin perusahaan siapa?”
Hares menghela nafas, apa yg di katakan istrinya itu benar. Sekalipun ia adalah pemilik perusahaan bukan berarti ia bebas untuk tidak masuk.
“Yaudah ayo bangun”
“Tunggu”
“Apa lagi??”
“Sini sebentar” hares kembali memanggil Aira yg sudah melangkah cukup jauh darinya.
“Kenapa?”
Hares dengan cepat menarik tangan Aira, dan mengecup singkat bibir perempuan itu.
“Selamat pagi,istriku”
Setelah itu barulah ia melangkah memasuki kamar mandi yg terletak dalam kamar besar tersebut, sedangkan Aira masih diam di tempatnya
Sambil menunggu haresha, Aira beralih ke dapur tentunya setelah membersihkan.
Mereka tidak menyewa pembantu, walau haresha sangat ingin mempekerjakan pembantu agar Aira tidak terlalu kesusahan,tapi aira menentang hal tersebut.
Wanita itu dari dulu memang tidak suka rumah atau kawasannya di sentuh oleh orang lain, karena itu ia tidak mau jika ada pembantu di rumahnya.
Aira, sibuk dengan peralatan masaknya. Sampai akhirnya semua hasil masakannya tertata rapih di atas meja makan.
“Selesai juga” Aira tersenyum sumringah begitu melihat hasilnya.
“Ai... Kamu liat dasiku tidak?” Hares datang dengan pakaian kantornya, dan rambutnya yg masih berantakan.
“Tunggu sebentar”
Aira lalu berjalan ke arah kamarnya kembali, mengambil salah satu dasi yg menurutnya cocok dengan pakaian yg di kenakan hares tadi.
“Ini”
Bukannya mengambil dasi yg di bawakan oleh Aira tersebut, laki-laki itu malah menggeleng.
“Bukan yg ini?” Tanya Aira
“Tidak... Pakaikan”
“Dasar bayi”
Lihatlah seorang Haresha, yg orang-orang bilang sangat jutek, dingin, kata-katanya selalu seperti mesin tranlator, tidak pernah tersenyum
Di depan Aira, ia hanyalah bayi besar yg harus selalu di jaga.
“Ai” panggilnya pada perempuan yg tengah sibuk memakaikan dasi padanya itu.
“Iya?” Hanya sedikit melirik pada Haresha, Aira terus menfokuskan pandangannya pada dasi yg sedari tadi ia kerjai di leher sang suami
“Tidak, aku hanya memanggilmu”
“apaan sii” Aira teertawa kecil menanggapinya
“Ai”
Karena sudah terlalu jengah dengan panggilan sedari tadi di tujukan hares padanya Aira tanpa menjawab langsung mendongak.
“Ap-” belum sempat menjawab, bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir Haresha
Aira maupun Hares hanya terdiam untuk beberapa saat. Tidak melakukan apapun, sampai tangan haresha memeluk pinggang Aira.
“Hares... Masih pagi tau!” Ucap perempuan itu setelah keduanya terpisah. Aira memalingkan pandangan dari hares, dengan pipinya yg sudah sangat merah.
“Kenapa? Kamu malu?”
Hares bisa-bisanya kamu tanya kayak gitu sii!! Gak tau apa ini jantung udah mau meledak. – Aira
“Gak tau! Pasang aja dasinya sendiri” Aira berjalan cepat memasuki kamarnya, dan terus diikuti oleh hares.
“Sayanggg... Airaa, kok malu sii?”
“Stop yah!”
“Iyaiya”
Seperti hari biasanya Aira selalu bangun awal, membersihkan rumah sudah menjadi kewajibannya, dan kebiasaan untuknya
jika kalian tanya apa tidak ada hal lain yg di lakukan Aira? Tentu saja ada. Ia mengelolah sebuah toko bunga, tepat di samping rumahnya, jadi tidak akan terlalu cape untuk mengurus rumah sekaligus tokonya.
Baru saja melangkahkan kakinya menuruni tempat tidur, Aira sudah merasa tidak enak pada perut serta tenggorokannya. Mual ia merasa benar-benar mual.
Dengan cepat ia berlari ke arah toilet,dan memuntahkannya di sana.
Hares yg mendengar suara gaduh di pagi itu, langsung terbangun dan begitu terkejut mendapati sang istri di kamar mandi dengan keadaan seperti itu
” Ai, kamu beneran baik-baik aja? Gimana kalo ke rumah sakit?” Ucap hares begitu khawatir pada sang istri
“Gak apa-apa, udah kamu berangkat kerja aja”
“Tapi, Ai”
“Gak apa-apa, sayang. Serius, ini cuma salah makan mungkin semalam”
“Yaudah, tapi kalo ada apa-apa kamu harus cepat hubungi aku yah?”
“Iya,mass. Nanti aku hubungi”
“Oke, aku pergi dulu ya”
Aira hanya mengangguk mengiyakan, melambaikan tangannya begitu mobil hares keluar dari pelataran rumah.
Aira kembali masuk ke dalam rumah,perutnya terus saja bergejolak. Merasakan ketidaknyamanan
“Kenapa si? Perasaan semalam gak makan yg aneh-aneh. Makannya juga sama Hares kok”
Merasa mulai curiga, Aira mengecek kalender di hpnya. Tanda silang merah yg selalu ia tandai saat red day di setiap bulannya.
Ia baru sadar saat itu juga, sudah hampir 5 Minggu, ia tidak datang bulan.
“Apa mungkin?”
AIEN