perihal ragesta, aira, dan hares

Ragesta menemui aira, di tempat yg sudah mereka tentukan, itu adalah sebuah kafe dekat dengan penginapan aira dan teman-temannya, hari itu adakah hari mereka semua sepakat untuk liburan.

Ragesta dan aira duduk saling berhadapan, tak ada yg berani membuka pembicaraan satu sama lain. Aira yg terus menunduk karena takut jika menatap wajah ragesta ia akan kembali mengingat kejadian buruk tersebut. Sedangkan ragesta terus menatap aira yg menunduk di depannya.

ai aku sangat rindu padamu, kamu apa kabar?

Ragesta hanya bisa mengatakan itu dalam hatinya, rasa rindunya pada wanita yg selalu mengisi hatinya tersebut, tidak bisa ia sampaikan secara langsung.

“apa yg mau kau katakan?” Tanya aira, akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan

“maaf,ai. Aku tidak bisa menepati janjiku” Aira berhenti sejenak dari fikiran tentang ketakutannya dengan trauma masa lalunya. Janji?, janji apa yg sudah di berikan ragesta padanya? Aira tidak mengingat apapun

“janji apa?” Tanya aira pada ragesta dan berusaha mengingat

“tidak, jangan kau pikirkan itu, terima kasih sudah mau bertemu denganku”

“baiklah,apa ada lagi yg mau kau sampaikan? Kalau tidak-“ ucapan aira terpotong dengan kalimat ragesta selanjutnya

“ai apa kau benar-benar tidak mengingat key?”

“key?” langkah aira terhenti begitu menyebut nama itu.

“orang yg selalu kau bicarakan lebih banyak dari dirimu sendiri aira”

“siapa?” aira berusaha dengan keras mengingat orang dengan nama key tersebut.

“sekarang jangan menanggungnya sendiri ai. Jangan menanggung derita yg bukan untukmu”

“ apa yg kau katakan? Aku tidak mengerti satu pun”
Tepat di saat selelsai mengatakan itu, aira sekilas melihat sesosok perempuan yg mirip dengannya,tertawa dan bermain bersamanya dan dimas.

ai!! Lelet banget si lo! Cepetan donk ucap perempuan itu kepada aira

ai! Gue bilang jangan pernah panggil gue adek, Cuma beda 3 menit bego!

Sedikit demi sedikit aira seperti mengingat perempuan itu, aira bersikeras mengingatnya

“k-key…ke-keyra!! ARGHH!” aira seketika berteriak keras setelah tidak berhasil mengingat satu pun,

“KENAPA GAK BISA!! KENAPA AKU TIDAK INGAT!!” teriaknya terus dengan memukuli kepalanya.

“ai tenang, tenang ya? Jangan mengingatnya,maaf. Maafkan aku” ragesta mengatakannya dengan panik, mencoba menenangkan wanita di depannya.

Dengan berjalan tergesa-gesa haresha berjalan kearah ragesta.

Hares tanpa sengaja melihat aira saat keluar dari tempat penginapan,awalnya mau menyapa tapi tidak jadi karena melihat kehadiran ragesta di sana. Alhasil ia hanya memperhatikan mereka berdua dari belakang.

“JANGAN MENYENTUHNYA!” ucap haresa menyingkirkan tangan ragesta yg memegangi aira dan mencoba menengkan gadis itu.

“ai… ini aku tenang ya?” ucap hares lembut kepada aira.

“ha-hares?” aira tidak bisa melihat dengan jelas karena tangisannya yg terus menumpuk di pelupuk matanya.

Tepat setelah itu ai jatuh pingsan.

“AI!” seru kedua laki-laki itu. Hares dengan cekatan merangkul dan menggendong aira keluar dari kafe tersebut. Secepat mungkin mencari rumah sakit di sekitar sana.

***

Untungnya ada sebuah klinik kesehatan yg tak jauh, karena mememang daerah itu adalah pusat wisata jadi tidak akan sulit untuk menemukan rumah sakit maupun klinik seperti ini.

Aira di tangani di dalam ruangan sedangkan hares dan ragesta di luar sedang diam satu sama lain. Ragesta yg melihat aira seperti tadi sangat mersa bersalah, seharusnya ia tidak mengungkit soal key. Sudah tau keyra adalah bagian paling menyakitkan bagi aira, tapi dengan cerobohnya ragesta mengungkit perempuan itu.

“maaf” ucap ragesta di tengah sunyinya pelataran klinik.

“baguslah kalau kamu sadar kamu salah” balas hares dengan dinginnya.

Sekarang ini hares tengah menahan amarahnya, melihat laki-laki yg sudah jelas ia tau adalah mantan kekasih aira,membuatnya sangat ingin meninju wajah laki-laki itu, apalagi yg ia tau adalah ragesta pemicu dari sakitnya aira. Seperti itulah yg di dengarnya dari mama aira.

“tapi… kamu siapa?” Tanya ragesta tersadar belum tau perihal orang di sebelahnya tersebut.

“haresa, calon suami aira” ucap hares tegas

deg

Seketika seluruh tubuh ragesta serasa kaku. Ia tidak tau jika aira telah memiliki kekasih. Ia masih berfikir aira adalah kekasihnya,tentu saja kenyataan ini menjadi pukulan telak untuknya, apalagi bagaimana tadi aira bisa tenang begitu saja saat di depan hares. Ia tau posisinya tak akan bisa kembali.

“maaf aku tidak tau” jawab ragesta akhirnya setelah bisa menguasai dirinya.

“ragesta”

Ragesta tidak membalas panggilan tersebut, hanya menunggu laki-laki di sebelahnya menlanjutkan perkataannya.

“aku tau, kau tidak bersalah sama sekali dalam hal ini, tapi. tolong jauhi aira” ucap hares, bukan untuk mengancam laki-laki itu, hanya ingin mengingatkanya bahwa keberadaannya dapat memperburuk ke adaan aira.

Di tempatnya ragesta menghembuskan nafas pasrah, jika seperti ini tak ada yg bisa ia lakukan lagi untuk memperbaiki hubungannya dengan aira. Semuanya benar-benar sudah berahkir.

“baik, aku tidak akan menemuinya lagi. Tapi bisakah kau berikan surat ini pada aira? Aku tidak mungkin bisa menemuinya lagi secara langsung” ucap ragesta lalu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam sakunya.

Untuk berjaga-jaga ragesta menyiapkan surat itu, jika benar tidak dapat bertemu dengan aira.

“akan aku berikan nanti”

“tolong jaga aira. Jangan tinggalkan dia”

“tentu saja, kau tidak perlu lagi memikirkan tentang hal itu”

“aku pergi sekarang, terima kasih haresha”

Setelah mengatakannya ragesta pergi. Tanpa mengucapkan selamat tinggal secara langsung pada aira.

maafku tidak akan cukup, tapi tak ada kata lain yg bisa menggantikannya. Maaf karena memberikanmu luka


~aien~