Aienworld

Aira tidak menyangka bertemu lagi dengan salah satu teman semasa SMA nya setelah cukup bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.

Jeje, panggilan yg di berikannya pada Jean jahendra,teman duduknya semasa SMA.

“Astaga, Je! Lo kemana aja sii? Baru muncul sekarang” ujar Aira di dalam mobil, begitu kaget mendapati sang sahabat di pelataran rumahnya kala itu.

“Ye sorry, ini juga gue baru balik yaampun. Taun lalu baru balik, gue aja kaget tau Lo sama hares udah nikah, mana udah ngebunting aja Lo hahaha, langgeng banget si” balas laki-laki yg tengah menyetir di sebelahnya tersebut.

“Yaiyah, Lo aja gak bisa di kontakin sama teman-teman yg lain, eh btw kabar Niken gmn?” Aira lanjut menanyakan kabar istri Jeje Terakhir Aira bertemu dengan Jeje saat pernikahan laki-laki itu dengan sang istri, Niken, yg tak lain adalah gadis yg di jodohkan dengannya tersebut. mereka menikah muda untuk melangsungkan hubungan bisnis antar perusahaan.tapi, lihat sekarang mereka jadi pasangan yg awet.

Dan setelah pernikahan itu mereka langsung ke luar negri, karena itu sangat sulit bertemu.

“Baik-baik aja” – Jean

“Nanti kapan-kapan ajak

ketemuan boleh ya...” – Aira

“Ya boleh lah, sesama bumil juga” – Jean

“Ha? Serius?hamil juga istri Lo?” – Aira

“Iya, yg ketiga kali” – Jean

Aira tidak bisa berkata-kata, mereka memanglah menikah muda, tapi Aira pikir mereka akan menunda dulu soal anak.

“Woahh... Nanti gue mau ketemu Niken klo begitu” – Aira

Aira excited ingin bertemu dengan istri dari temannya tersebut, mungkin akan membahas seputar kehamilannya, dimana, Niken pasti lebih berpengalaman. Lagi pula Niken juga merupakan salah satu temannya.

Tak berapa lama kemudian,mereka sampai di pelataran sebuah gendung tinggi, mereka memarkirkan mobil lalu memasuki gedung tersebut.

Bukan pertama kalinya Aira mengunjungi kantor sang suami, hanya saja sangat jarang, wanita itu takut jika mengganggu sang suami saat sedang bekerja.

“Aira” panggil hares begitu kedua orang itu memasuki loby gedung tersebut. Ternyata hares sudah menunggunya sedari tadi.

“Mas... Aku gak tau klo sopir kamu itu si Jeje” ujar Aira menghampiri Hares

“Kurang ajar! Di katain sopir. Gue cuma di suruh jemput lo yahh!” – Jean

“Kata-kata Lo kasar banget si, nanti di denger sama anak gue gmn?!” – Aira

“Iyaiya”

“Sabar, Ai”

Haresha lalu menarik Aira untuk berdiri di sampingnya, dan merangkul gadis itu.

“Yaudah, makasih ya,je? Kapan-kapan saya traktir” ucap Haresha

“Okee, yaudah gue balik lahh.pekerjaan di sini juga udah selesai,kan?”

Hares mengangguk mengiyakan

“Yaudah,byee kalian para bucin”

Jean lalu berjalan ke luar gedung,meninggalkan hares dan Aira berdua di tempatnya.

“Jeje walau udah tua, masih aja ledekannya dan usilnya sama aja” ucap Aira terkekeh mengingat itu.

“Klo dia tau di panggil tua, pasti udah meledak si” balas hares dan di setujui oleh sang istri.

“Yaudah yukk ke atas”

Mereka lalu berjalan ke arah kantor hares berada. Sambil terus menggandeng Aira. Bahkan sampai menjadi pusat perhatian satu kantor kala itu.

Bagaimana tidak? Perhatian Hares yg tidak lepas dari Aira, serta senyuman yg selalu ia tunjukkan pada sang istri, yg jelas tak pernah siapapun melihatnya. Membuat orang-orang memandangnya iri.

Mereka sangka kebahagiaan itu akan terus berlangsung lama


-AIEN-

CW//pragnancy , 18+(sedikit)

Aira merasa kebahagiaannya sekarang, saat ini sudah sangat lengkap. Tak ada yg diinginkannya lagi.

Begitu bangun matanya langsung bertemu dengan sosok laki-laki yg menjadi pelengkap hidupnya sekarang.

Haresha, masih tertidur dengan lelapnya. Aira tersenyum,lalu mendekat ke arah sang suami.

“Res... Sayang bangun, udah pagi” ucapnya membangunkan laki-laki di sebelahnya itu, dengan suara pelan, dan mengelus lembut rambut haresha.

Tapi bukannya bangun haresha malah menarik Aira, untuk kembali tertidur di sampingnya, memeluk tubuh mungil gadis itu.

“Sebentar, di sini dulu” ucap laki-laki itu dengan nada suara baru bangunnya, matanya bahkan belum ia buka.

Aira hanya diam dalam pelukan haresha dan membalas pelukan hangat sang suami. Sampai tidak sadar waktu terus berjalan

“Res... Matahari makin naik lohh”

“Emm” haresha hanya bergumam tidak jelas, merasa enggan untuk bangun dari posisi mereka saat ini

“Apa aku libur saja hari ini?” Ucap hares menatap Aira

“Mas gimana sii? Masa pemimpin perusahaannya gak masuk kantor, terus yg jalanin perusahaan siapa?”

Hares menghela nafas, apa yg di katakan istrinya itu benar. Sekalipun ia adalah pemilik perusahaan bukan berarti ia bebas untuk tidak masuk.

“Yaudah ayo bangun”

“Tunggu”

“Apa lagi??”

“Sini sebentar” hares kembali memanggil Aira yg sudah melangkah cukup jauh darinya.

“Kenapa?”

Hares dengan cepat menarik tangan Aira, dan mengecup singkat bibir perempuan itu.

“Selamat pagi,istriku”

Setelah itu barulah ia melangkah memasuki kamar mandi yg terletak dalam kamar besar tersebut, sedangkan Aira masih diam di tempatnya


Sambil menunggu haresha, Aira beralih ke dapur tentunya setelah membersihkan.

Mereka tidak menyewa pembantu, walau haresha sangat ingin mempekerjakan pembantu agar Aira tidak terlalu kesusahan,tapi aira menentang hal tersebut.

Wanita itu dari dulu memang tidak suka rumah atau kawasannya di sentuh oleh orang lain, karena itu ia tidak mau jika ada pembantu di rumahnya.

Aira, sibuk dengan peralatan masaknya. Sampai akhirnya semua hasil masakannya tertata rapih di atas meja makan.

“Selesai juga” Aira tersenyum sumringah begitu melihat hasilnya.

“Ai... Kamu liat dasiku tidak?” Hares datang dengan pakaian kantornya, dan rambutnya yg masih berantakan.

“Tunggu sebentar”

Aira lalu berjalan ke arah kamarnya kembali, mengambil salah satu dasi yg menurutnya cocok dengan pakaian yg di kenakan hares tadi.

“Ini”

Bukannya mengambil dasi yg di bawakan oleh Aira tersebut, laki-laki itu malah menggeleng.

“Bukan yg ini?” Tanya Aira

“Tidak... Pakaikan”

“Dasar bayi”

Lihatlah seorang Haresha, yg orang-orang bilang sangat jutek, dingin, kata-katanya selalu seperti mesin tranlator, tidak pernah tersenyum

Di depan Aira, ia hanyalah bayi besar yg harus selalu di jaga.

“Ai” panggilnya pada perempuan yg tengah sibuk memakaikan dasi padanya itu.

“Iya?” Hanya sedikit melirik pada Haresha, Aira terus menfokuskan pandangannya pada dasi yg sedari tadi ia kerjai di leher sang suami

“Tidak, aku hanya memanggilmu”

“apaan sii” Aira teertawa kecil menanggapinya

“Ai”

Karena sudah terlalu jengah dengan panggilan sedari tadi di tujukan hares padanya Aira tanpa menjawab langsung mendongak.

“Ap-” belum sempat menjawab, bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir Haresha

Aira maupun Hares hanya terdiam untuk beberapa saat. Tidak melakukan apapun, sampai tangan haresha memeluk pinggang Aira.

“Hares... Masih pagi tau!” Ucap perempuan itu setelah keduanya terpisah. Aira memalingkan pandangan dari hares, dengan pipinya yg sudah sangat merah.

“Kenapa? Kamu malu?”

Hares bisa-bisanya kamu tanya kayak gitu sii!! Gak tau apa ini jantung udah mau meledak. – Aira

“Gak tau! Pasang aja dasinya sendiri” Aira berjalan cepat memasuki kamarnya, dan terus diikuti oleh hares.

“Sayanggg... Airaa, kok malu sii?”

“Stop yah!”

“Iyaiya”


Seperti hari biasanya Aira selalu bangun awal, membersihkan rumah sudah menjadi kewajibannya, dan kebiasaan untuknya

jika kalian tanya apa tidak ada hal lain yg di lakukan Aira? Tentu saja ada. Ia mengelolah sebuah toko bunga, tepat di samping rumahnya, jadi tidak akan terlalu cape untuk mengurus rumah sekaligus tokonya.

Baru saja melangkahkan kakinya menuruni tempat tidur, Aira sudah merasa tidak enak pada perut serta tenggorokannya. Mual ia merasa benar-benar mual.

Dengan cepat ia berlari ke arah toilet,dan memuntahkannya di sana.

Hares yg mendengar suara gaduh di pagi itu, langsung terbangun dan begitu terkejut mendapati sang istri di kamar mandi dengan keadaan seperti itu

” Ai, kamu beneran baik-baik aja? Gimana kalo ke rumah sakit?” Ucap hares begitu khawatir pada sang istri

“Gak apa-apa, udah kamu berangkat kerja aja”

“Tapi, Ai”

“Gak apa-apa, sayang. Serius, ini cuma salah makan mungkin semalam”

“Yaudah, tapi kalo ada apa-apa kamu harus cepat hubungi aku yah?”

“Iya,mass. Nanti aku hubungi”

“Oke, aku pergi dulu ya”

Aira hanya mengangguk mengiyakan, melambaikan tangannya begitu mobil hares keluar dari pelataran rumah.

Aira kembali masuk ke dalam rumah,perutnya terus saja bergejolak. Merasakan ketidaknyamanan

“Kenapa si? Perasaan semalam gak makan yg aneh-aneh. Makannya juga sama Hares kok”

Merasa mulai curiga, Aira mengecek kalender di hpnya. Tanda silang merah yg selalu ia tandai saat red day di setiap bulannya.

Ia baru sadar saat itu juga, sudah hampir 5 Minggu, ia tidak datang bulan.

“Apa mungkin?”


AIEN

#cerita 8 tahun yg lalu, tentang aira dan haresha, serta masa sekarang.

Tentang keduanya, dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya? Bagaimana mereka saling jatuh cinta? Lalu bagaimana mereka berpisah?

Mari kita kembali,pada masa itu.


Aira dan haresha besar di daerah yg sama. Bahkan sebelum mereka lahir. Kedua ibu mereka yg sudah berteman dekat sejak SMA,menjadikan mereka berdua sudah seperti permen yg tidak bisa saling berpisah.

Bersama di TK,lalu lanjut SD, SMP,dan akhirnya SMA.

Hares maupun aira, saling kenal,sangat kenal satu sama lain. Keseharian,apa yg di sukainya,dan apa yg tidak di sukainya.

“Aira! Bukannya kamu tidak bisa makan udang?” Ucap hares yg melihat aira hampir saja memakan makanan berbahan udang yg di pesannya di kantin,

“Ha! Hampir lupa. Makasih ya,aress” ucap perempuan itu cengengesan.

“Aduhh itu juga kalo makan tuh yg benar,ai. Liat kamu makan kayak anak bayi”

“Ehehe,makasihh aress,”

“Hares...”

“Apa?”

“Gak ada,aku cuma mau manggil aja” ucap aira sambil tersenyum dan terus menatap hares yg sibuk dengan makanannya.

Besar bersama,tumbuh bersama. Tidak ada jaminan salah satu diantara mereka memendam perasaan. Maka airalah orang itu.

Hares kalo makan suka ganteng kyk gtu yah? Ucapnya membatin

“Kenapa liatin aku terus si?? Makan ayoo” ucap hares membangunkan aira dari lamunannya

“Oh iya,ini juga makan kok”

“Ehhem... Kalian dua2an Mulu deh,pacaran yah?” Ledek jeje teman super jahil hares.

“Gue tonjok lu yah” balas hares bercanda

“Santai kali, ya kalian juga dua2an Mulu”

“Napa? Iri lu? Bilang klo ngiri” balas hares lagi.

“Udah ah,jiwa jomblo gue tersakiti kalo di tengah-tengah kalian” ujar jeje lalu meninggalkan aira dan hares

“Jeje kenapa itu? Lucu banget” ungkap aira mendapat pelototan dari hares.

“Lucu dari mana?” Ucap hares sewot

“Ya lucu aja, ganteng pula”

“Ganteng? Kamu suka?”

“Ya kalo ganteng mah,pasti suka” jawab aira sambil memakan makanannya, santai.

“Oh” ucap hares yg terlihat jutek.

Setelah itu berdiri berniat pergi dari sana.

“Eh? Udah selesai makan?tungguin donk” ucap aira yg terus mengejar langkah cepat hares.

Kenapa lagi? Emang aku salah?

“Haresss” panggil aira di belakang laki-laki itu.

“Apa?” Jawab hares tanpa memberhentikan langkahnya.

Aira akhirnya bisa menyamakan langkahnya,mencegat lengan hares dan membuatnya berhenti.

“Haress, kenapa marah?? Ai salah apa?ai mana tau kalo hares gak bilang”

“Kamu gak salah kok, aku gak marah”

“Tapi kok jutek gitu”

Hares tidak menjawab.

“Hares, jangan diamin aku kyk gitu” aira terlihat manyun dan matanya mulai berkaca-kaca, seperti anak bayi saat akan menangis

“Haress”

“Eh.. kok malah nangis,ai? Gak. Aku gak marah, beneran” Ucap hares berusaha menenangkan aira yg sudah seperti anak kecil.

“Tapi hares kenapa gak respon ucapan ai tadi?”

“Maaf,ai”

“Hares... Kamu sayang gak sama aira?”

“Sayang” ucap hares tanpa sadar.

Senyuman aira merekah.

“Eh?” Hares sadar dan jadi salah tingkah di buatnya.

“Ai... Maksud aku itu-”

“Ai juga... Sayang sama hares” ucap gadis remaja itu.lalu langsung memeluk hares, tidak sadar kalau mereka masih di lingkungan sekolah.

Hares terkejut,tapi juga merasa sangat senang. Ia juga ikut tersenyum.

“Ai... Harusnya aku yg bilang gitu”

Aira menggeleng

“Gak... Siapapun bisa bilang suka. Dan aku sudah tidak bisa menahannya.”

Hares di buat gemas melihat tingkah aira itu,hanya bisa tersenyum

“Tapi,res. Tadi kamu marah gara-gara aku bilang jeje ganteng,ya?” Ucap aira berniat bercanda dan meledek laki-laki itu.

“Ai!!”

“Benar,kan? Dugaanku benar,kan?”

“Iya,benar. Makanya jangan pernah melihat laki-laki lain, selain aku” ucap hares serius menanggapi bercandaan aira barusan.

Aira tidak bisa berkata-kata. Di tempatnya ia tertegun dan malah mengagumi sosok hares yg serius seperti sekarang.

“Hares... Tau tidak,kamu selalu keliatan keren di mataku,tapi sekarang kerennya bertambah” ungkap aira malah mendapat gelagat salah tingkah hares.

“Ai,bisa gak sii? Kalo mau bicara di saring dulu?”

“Ha?”

“Gak bukan apa-apa”

Hares lalu meninggalkan aira yg masih berpikir akan kata-kata hares barusan.

“Ih haress,tungguin”


Semuanya terlihat lancar selama 3 tahun, aira dan hares melewati masa SMA mereka dengan sangat baik.

Sampai di hari kelulusan pun.

Sampai kabar dari ayah hares datang.

“Hares kamu harus ke Australia setelah lulus, dan bantu ayah di sini.”

Seperti itulah isi pesan dari sang ayah.

Tentu saja hares ingin membantahnya,tapi hares tidak bisa.

Malam hari setelah kelulusan.

“Ai... Ada yg mau aku katakan” ucap hares memulai percakapan

“Hmm? Apa?”

Sekarang mereka tengah berada di teras rumah aira.

“Itu... Ai... “

“Sepertinya topiknya serius?iya?” Terka aira

Hares menghela nafas.

“Ai... Ayah menyuruhku ikut dengannya ke Australia”

“Australia? Lama ya?”

“Aku juga tidak tau,sepertinya begitu”

“Apa tidak bisa di sini saja?”

Aira menatap lantai,dan memainkan kakinya.

“Ai” hares mengambil satu tangan aira,dan mengenggamnya,

“Ayah sedang sulit di sana.seandainya bisa aku juga tidak mau kemana-mana. Tapi, bagaimana bisa aku menolak ayah?” Ucap hares memberi pengertian pada gadis itu.

“Baiklah” jawab aira terus menatap ke bawah, takut menatap hares.

“Ai... Maaf,ya?”

“Kenapa?”

“Jika aku memintamu untuk menungguku maka aku rasa aku menjadi sangat egois”

“Tidak apa-apa,aku akan menunggumu,res. Sampai kapanpun”

“Tidak. Jangan menungguku ai”

“Aku akan menunggu”

“Aira...”

“Sudah malam, res. Nanti kamu di tungguin sama mamamu. Aku masuk sekarang”

Aira berjalan masuk ke dalam rumahnya tanpa berbalik dan mengucapkan selamat malam seperti biasanya pada hares.

Hari sudah berlalu,satu hari,dua hari,tiga hari,dan satu Minggu. Hares tidak ada kabarnya semenjak hari itu.

“Dia tidak mungkin pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa,kan?” Ucap aira lebih pada dirinya sendiri.

“Hares... Dasar laki-laki egois”

Tentu saja,berpisah seperti ini,tidak pernah ada dalam bayangan aira.

Selalu ada hares dalam harinya,selama 21 tahun, sehari pun, mereka tidak pernah berpisah.

Dan saat tiba-tiba berpisah seperti ini? Membuat aira merasa kosong.

Sejak saat itu hares menjadi sosok yg hilang dalam hidup aira.

Dan lubang besar dalam hidupnya.


Selama 7 tahun lamanya, hares baru kembali. Begitu tau keadaan aira, hares jadi semakin merasakan penyesalan. Tapi tentu saja hal itu tidak bisa di ulang.

“Aku menyesal meninggalkanmu,tapi,aku juga tidak bisa mengulang waktu. Ai... Daripada melihat kebelakang,bagaimana kalau melihat sekarang dan membangun masa depan?” Ucap hares.

Masih di taman belakang aira yg di penuhi bunga.

“Apa artinya itu?”

Hares menatap dua manik mata indah aira yg selalu ia kagumi di setiap harinya, menggenggam kedua tangan aira, lalu mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari dalam sakunya.

“Aku sudah menyiapkannya dari sangat sangat lama,ai. Tapi, belum bisa memberikannya padamu.” Ucapnya lalu membuka kotak beludru tersebut, dimana sebuah cincin terlihat cantik di dalam kotak tersebut.

“Hares...” aira tidak bisa mengatakan apapun, ia bahkan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya begitu hares memperlihatkan benda tersebut

“Maaf terlambat,ai. Will u marry me aira Dhiya Luna?” hares mengatakannya dengan satu kali,tanpa adegan manis apapun,tanpa berlutut seperti pasangan lainnya saat sedang melamar.

“Maaf,aku tidak bisa mengatakan hal-hal romantis seperti laki-laki lainnya,ai. Tapi ai, semua yg aku katakan adalah tulus dariku” sambung laki-laki itu lagi.

“Iya” jawab aira akhirnya

“Iya?” Tanya hares memastikan sekali lagi.

Aira mengangguk. Seketika senyumnya merekah dan langsung memeluk tubuh mungil aira.

Setelahnya hares langsung memasangkan cincin tersebut di jari manis aira,sangat pas dan sangat cantik terlihat di tangan wanita itu.

“Terima kasih,ai. Sudah mau menerimaku lagi. Maaf karena pernah pergi begitu saja”

Aira menggeleng “sekarang jangan pernah meminta maaf lagi,res.kamu bilang mau membangun masa depan,maka jangan pernah mengatakan maaf lagi”

Begitulah akhirnya. Kisah panjang aira dan hares, bahagia walau banyak tragedi dan tangisan.

Sekarang aku berharap tak ada lagi teriakan,atau kebencian. Biarkan tangisan baru dan bahagia saja yg mengiringi kalian

Hares dan aira adalah akhir yg bahagia

-the end-

~aien~

Aira berjalan setengah berlari ke arah belakang rumah,di sana hares berada.

Saat sampai di sana laki-laki itu duduk di tengah-tengah taman yg sudah di hias sangat cantik. Warna warni dari bunga-bunga yg di taman di halaman belakang rumah aira itu tidak pernah terlihat secantik itu.

Aira tertegun, tapi tetap terus berjalan ke arah hares.

“Hares”

Suara aira barusan menginterupsi hares untuk segera bangun dari tempatnya.

“Aira”

“Apa ini?”

“Bunga, kamu suka dengan bunga,kan? Aira”

Aira mengangguk tapi belum memperlihatkan senyumnya sama sekali.

“Ai... Maaf”

Hares melangkah ke arah aira, lalu memegang kedua tangan aira.

“Ai... Sekalipun aku tidak pernah melupakanmu, semuanya selalu ada dalam benakku,hari-hariku di sana tidak pernah sebaik di sini, saat bersamamu” ungkap hares seperti sudah sangat pasrah

“Hares”

“Aku salah karena pergi saja seperti itu, tanpa kabar apapun. Tapi itu karena aku tidak bisa melakukannya selama di sana. Ayah benar-benar membuatku hanya harus fokus pada perusahaan. Maaf, aku tidak berhak membela diri dan mengatakan hal ini, tapi ai... Jika tidak mengatakannya kau tidak akan tau,bukan?”

“Hares... Apa bisa sekali lagi?”

“Apa?”

“Berjanji padaku” Aira diam sejenak, “janji untuk tidak pergi lagi”

“Aku janji, kali ini aku tidak akan kemanapun, dan akan terus di sampingmu,ai”

“Beneran? Janji,ya?kamu udah janji ya? Klo ingkar lagi...” Ucap aira menggantungkan kalimatnya, “Aku akan mengejarmu sampai manapun!” Lalu mencengkram kerah baju hares,tentu saja tidak keras.

“Tentu saja. Jika aku mengingkarinya maka aku akan mati” ucapnya lalu memeluk aira dengan senyum merekah di wajahnya

“Hares! Gak baik bicara mati,kyk gitu!” Aira memukul pelan bahu hares,masih dalam pelukan laki-laki itu.

“Iya,iya... Aku tidak akan mengatakannya lagi”

“Hares”

“Iya?”

“Apa kau tidak melupakan sesuatu?”

“Seperti apa?”

“Mengatakan sesuatu mungkin?”

Hares tersenyum jahil. Ia tau maksud aira.

“Aku rindu padamu,sangat”

“Aku juga”


Sebenarnya aku sangat takut, saat mengingat semuanya,segala yg kita lewati,yg ku lewati. Aku takut kembali di tinggalkan. Tapi jika aku terus tetap pada ketakutan itu,maka aku hanya akan menyesal seumur hidupku, aku tidak mau lagi di tinggalkan. Aku ingin terus berada di sampingnya -aira

-Aien-

Disinilah aira, di ruang tamu bersama dengan sang mama.

“Kenapa mesti bohong sama mama,ai?” Ucap Anggi begitu aira duduk tepat di sebelahnya.

“Dengan begitu mama baru mau menceritakannya”

“Ai,jangan di paksakan,kamu hanya akan sakit” ucap Anggi meyakinkan aira terus.

“Tidak,ma. Ai akan menanggung konsekuensinya” tegas aira sekali lagi.

“Ai,mama mohon tidak usah ya?” Pinta Anggi lagi

“Ma... Ai tidak bisa hidup seperti ini terus. Semalam ai terus bermimpi dan membuat ai tidak bisa tidur”

“Baiklah tunggu” Anggi pasrah, keras kepala aira tidak pernah bisa di lawan.

Anggi lalu mengambil satu buah box dimana ia menyimpan segala kenangan keyra di sana.

“Apa itu,ma?”

“Namanya keyra. Saudari kembarmu,ai.” Ucap Anggi memulai ceritanya.

“Dulu kau selalu memanggilnya Adek,dan key tidak menyukai itu karena kalian hanya beda 3 menit saja”

Aira mendengarkan cerita sang mama, dengan tanpa sadar sudah meneteskan air mata.

dadanya terasa sakit ketika melihat bingkai foto yg tercetak foto dirinya dan key di sana.

Lalu berikutnya seperti kejadian saat aira bertemu dengan ragesta, bayangan aira yg bermain dengan gadis berwajah sama dengannya terlintas seperti film. Kali ini, sebagai dua gadis kecil.

“Ai... Jangan nangis, Ruki gak bakalan senang dengan hal itu” aira kecil menangis di depan makam kelinci kecil mereka ruki

sedangkan key menenangkan dengan menepuk-nepuk punggung saudari kembarnya itu

“Key... Ruki nanti bakalan kedinginan” aira kecil terus saja menangis

Aira mengambil bingkai tersebut memandangi fotonya. Perlahan-lahan, satu persatu ingatan tentang key semakin nyata di ingatannya.

“K-key” suara aira bergetar menahan tangisnya yg sangat ingin meledak.

“Aira, udah ya?? Mama gak bisa cerita lebih lagi” Anggi tidak sanggup jika membicarakan kembali sang putri bungsu.

Aira menangis sambil memeluk bingkai foto keyra. Dia ingat,ingat tentang key. Sosok adik yg sangat di sayangnya melebihi apapun.

“Keyra... Maaf, maaf karena melupakanmu,tolong maafkan aku keyra” ucapnya terus menangis sambil memeluk foto keyra dan baju saudari kembarnya itu.

Sedangkan sang mama di sampingnya hanya bisa menahan tangis sambil mencoba menenangkan aira.

Aira terus meracau, mengucapkan nama key dan kata maaf, sampai tak sadar terlelap dengan masih memeluk bingkai foto tersebut.

“Ai... Woii!! Bangun donk”

“K-key?”

“Ya iyaalah ini gue. Kenapa? Gak mau liat gue ya?”

“Key maaf” aira kembali menangis

“Kenapa? Emangnya Lo salah?”

“Salah,key. Karena melupakanmu”

“Tidak” keyra menggeleng dan tersenyum pada aira,

“Kak aira,tidak salah,yg salah key. Karena memberikan derita pada kak aira,dan meninggalkan semuanya pada kak aira. Maafkan key”

Key memeluk aira,begitupun sebaliknya

“Ai... Lo harus ingat semuanya, jangan terus terperangkap pada masa lalu yg adalah milikku, masa lalu ini akan gue bawa sekarang. Ai, lo harus lihat sekitar lo. Mama,kak Dimas, ragesta dan sekarang ada haresha. Lo gak sendiri ai”

“Lo harus kembali ai, perbaiki semuanya

Suara terakhir sebelum aira terbangun.

Aira lalu terbangun,setelah mendengar bunyi alarm di atas meja dekat tempat tidurnya.

Mimpi itu seperti nyata, nyata dalam satu kali ia mengingat semuanya. Semua yg terjadi padanya dalam 28 tahun hidupnya.

Apa yg terjadi di masa remajanya.

Dan apa yg terjadi di masa perkuliahannya.

Aku harus apa sekarang?semuanya sudah kembali. Aku tau kesalahanku terhadap ragesta, dan juga tentang dia.


~aien~

Ragesta menemui aira, di tempat yg sudah mereka tentukan, itu adalah sebuah kafe dekat dengan penginapan aira dan teman-temannya, hari itu adakah hari mereka semua sepakat untuk liburan.

Ragesta dan aira duduk saling berhadapan, tak ada yg berani membuka pembicaraan satu sama lain. Aira yg terus menunduk karena takut jika menatap wajah ragesta ia akan kembali mengingat kejadian buruk tersebut. Sedangkan ragesta terus menatap aira yg menunduk di depannya.

ai aku sangat rindu padamu, kamu apa kabar?

Ragesta hanya bisa mengatakan itu dalam hatinya, rasa rindunya pada wanita yg selalu mengisi hatinya tersebut, tidak bisa ia sampaikan secara langsung.

“apa yg mau kau katakan?” Tanya aira, akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan

“maaf,ai. Aku tidak bisa menepati janjiku” Aira berhenti sejenak dari fikiran tentang ketakutannya dengan trauma masa lalunya. Janji?, janji apa yg sudah di berikan ragesta padanya? Aira tidak mengingat apapun

“janji apa?” Tanya aira pada ragesta dan berusaha mengingat

“tidak, jangan kau pikirkan itu, terima kasih sudah mau bertemu denganku”

“baiklah,apa ada lagi yg mau kau sampaikan? Kalau tidak-“ ucapan aira terpotong dengan kalimat ragesta selanjutnya

“ai apa kau benar-benar tidak mengingat key?”

“key?” langkah aira terhenti begitu menyebut nama itu.

“orang yg selalu kau bicarakan lebih banyak dari dirimu sendiri aira”

“siapa?” aira berusaha dengan keras mengingat orang dengan nama key tersebut.

“sekarang jangan menanggungnya sendiri ai. Jangan menanggung derita yg bukan untukmu”

“ apa yg kau katakan? Aku tidak mengerti satu pun”
Tepat di saat selelsai mengatakan itu, aira sekilas melihat sesosok perempuan yg mirip dengannya,tertawa dan bermain bersamanya dan dimas.

ai!! Lelet banget si lo! Cepetan donk ucap perempuan itu kepada aira

ai! Gue bilang jangan pernah panggil gue adek, Cuma beda 3 menit bego!

Sedikit demi sedikit aira seperti mengingat perempuan itu, aira bersikeras mengingatnya

“k-key…ke-keyra!! ARGHH!” aira seketika berteriak keras setelah tidak berhasil mengingat satu pun,

“KENAPA GAK BISA!! KENAPA AKU TIDAK INGAT!!” teriaknya terus dengan memukuli kepalanya.

“ai tenang, tenang ya? Jangan mengingatnya,maaf. Maafkan aku” ragesta mengatakannya dengan panik, mencoba menenangkan wanita di depannya.

Dengan berjalan tergesa-gesa haresha berjalan kearah ragesta.

Hares tanpa sengaja melihat aira saat keluar dari tempat penginapan,awalnya mau menyapa tapi tidak jadi karena melihat kehadiran ragesta di sana. Alhasil ia hanya memperhatikan mereka berdua dari belakang.

“JANGAN MENYENTUHNYA!” ucap haresa menyingkirkan tangan ragesta yg memegangi aira dan mencoba menengkan gadis itu.

“ai… ini aku tenang ya?” ucap hares lembut kepada aira.

“ha-hares?” aira tidak bisa melihat dengan jelas karena tangisannya yg terus menumpuk di pelupuk matanya.

Tepat setelah itu ai jatuh pingsan.

“AI!” seru kedua laki-laki itu. Hares dengan cekatan merangkul dan menggendong aira keluar dari kafe tersebut. Secepat mungkin mencari rumah sakit di sekitar sana.

***

Untungnya ada sebuah klinik kesehatan yg tak jauh, karena mememang daerah itu adalah pusat wisata jadi tidak akan sulit untuk menemukan rumah sakit maupun klinik seperti ini.

Aira di tangani di dalam ruangan sedangkan hares dan ragesta di luar sedang diam satu sama lain. Ragesta yg melihat aira seperti tadi sangat mersa bersalah, seharusnya ia tidak mengungkit soal key. Sudah tau keyra adalah bagian paling menyakitkan bagi aira, tapi dengan cerobohnya ragesta mengungkit perempuan itu.

“maaf” ucap ragesta di tengah sunyinya pelataran klinik.

“baguslah kalau kamu sadar kamu salah” balas hares dengan dinginnya.

Sekarang ini hares tengah menahan amarahnya, melihat laki-laki yg sudah jelas ia tau adalah mantan kekasih aira,membuatnya sangat ingin meninju wajah laki-laki itu, apalagi yg ia tau adalah ragesta pemicu dari sakitnya aira. Seperti itulah yg di dengarnya dari mama aira.

“tapi… kamu siapa?” Tanya ragesta tersadar belum tau perihal orang di sebelahnya tersebut.

“haresa, calon suami aira” ucap hares tegas

deg

Seketika seluruh tubuh ragesta serasa kaku. Ia tidak tau jika aira telah memiliki kekasih. Ia masih berfikir aira adalah kekasihnya,tentu saja kenyataan ini menjadi pukulan telak untuknya, apalagi bagaimana tadi aira bisa tenang begitu saja saat di depan hares. Ia tau posisinya tak akan bisa kembali.

“maaf aku tidak tau” jawab ragesta akhirnya setelah bisa menguasai dirinya.

“ragesta”

Ragesta tidak membalas panggilan tersebut, hanya menunggu laki-laki di sebelahnya menlanjutkan perkataannya.

“aku tau, kau tidak bersalah sama sekali dalam hal ini, tapi. tolong jauhi aira” ucap hares, bukan untuk mengancam laki-laki itu, hanya ingin mengingatkanya bahwa keberadaannya dapat memperburuk ke adaan aira.

Di tempatnya ragesta menghembuskan nafas pasrah, jika seperti ini tak ada yg bisa ia lakukan lagi untuk memperbaiki hubungannya dengan aira. Semuanya benar-benar sudah berahkir.

“baik, aku tidak akan menemuinya lagi. Tapi bisakah kau berikan surat ini pada aira? Aku tidak mungkin bisa menemuinya lagi secara langsung” ucap ragesta lalu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam sakunya.

Untuk berjaga-jaga ragesta menyiapkan surat itu, jika benar tidak dapat bertemu dengan aira.

“akan aku berikan nanti”

“tolong jaga aira. Jangan tinggalkan dia”

“tentu saja, kau tidak perlu lagi memikirkan tentang hal itu”

“aku pergi sekarang, terima kasih haresha”

Setelah mengatakannya ragesta pergi. Tanpa mengucapkan selamat tinggal secara langsung pada aira.

maafku tidak akan cukup, tapi tak ada kata lain yg bisa menggantikannya. Maaf karena memberikanmu luka


~aien~